Lawang Sewu merupakan salah satu tempat wisata yang berada
di jawa tengah tepatnya di Semarang. Lawang Sewu juga merupakan salah satu tempat peninggalan
masa kolonial Belanda dahulu kala. Beberapa waktu yang lalu saya mengunjungi tempat tersebut. Biaya masuk
terbilang sangatlah murah, apalagi jika anda membawa kartu pelajar (Bagi
pelajar). cukup dengan membayar "Lima Ribu Rupiah" saja untuk anak-anak dan pembawa kartu pelajar , dan "Sepuluh ribu rupiah" untuk orang dewasa anda sudah dapat mengunjungi tempat tersebut hingga anda jenuh berada disana, cukup terjangkau bukan?
Tempat wisata ini buka pukul 07.00 am - 09.00 pm.
Konon katanya, sebelum penjajahan Jepang, gedung tua ini adalah kantor perkereta api-an yang dikelola oleh Belanda. Kemudian penjajah Jepang datang menyerbu dan menjadikan tempat ini sebagai salah satu basis peristirahatan tentara Jepang.
Kemudian Tentara Jepang tersebut memperkosa 20 noni-noni Belanda. Menurut cerita yang hinggap di telinga saya, hantu-hantu yang sering muncul adalah noni-noni ini nih.
Lawang sewu berasal dari bahasa Jawa yang artinya pintu seribu. Sebenarnya pintunya tak benar-benar seribu. Namun jika semua pintu yang ada ditambah dengan jendela jendela yang ada, jumlahnya mencapai seribu.
Di dalam lawang sewu terdapat bunker-bunker yang fungsinya adalat tempat penjara untuk menahan para pejuang, mungkin lebih tepatnya adalah tempat penyiksaan. Terdapat dua macam penjara yang disediakan, yaitu penjara jongkok dan penjara berdiri.
Penjara jongkok, cara menggunakannya ialah dengan memasukan lima hingga sembilan orang yang dimasukkan kedalam kotak berukuran 1,5m x 1,5m dengan tinggi 60cm. Mereka jongkok sevara berdesakan dan kemudian tempat tersebut diisikan air sebatas leher dan ditutup menggunakan terali besi
Penjara berdiri, cara menggunakannya ialah dengan memasukan lima hingga enam orang kedalam sebuah kotak berukuran 1m x 60 cm dan kemudian ditutup menggunakan pintu besi hingga mereka semua mati.
Dan kalian tahu? jika dalam seminggu orang-orang yang dipenjara tersebut tidak mati maka kepala mereka dipenggal diruangan khusus kemudian mayat mereka diletakkan di bak pasir. Jika mayat tersebut sudah tak mengeluarkan darah, mereka membuangnya kesungai.
Hingga terjadi pertempuran lima hari disemarang mayat-mayat tersebut dikumpulkan menjadi satu di delapan ruangan ,dan untuk menghilangkan baunya maka ruangan tersebut di semen.
No comments:
Post a Comment